:)

welcome.............

semoga bermanfaat...^^


_salam sukses selalu :)

[mahasiswi STAIN ZAWIYAH COT KALA LANGSA]

Selasa, 05 November 2013

pendidik itu tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi berusahalah memahami kecerdasan anak didik- yang beragam.

Minggu, 03 November 2013

jenuh :D


sudah lama jari jari ini tak menari diatas keypad, dan kali ini saya ingin mengocok-ngocok isi otak saya yang sepertinya sudah berkerak (nah lho ?!). 

kesibukan kampus membuat saya sedikit stres belakangan ini. sebenarnya hanya persoalan waktu. ngomong-ngomong tentang waktu, saya ingat seorang abang senior yang pernah posting tulisannya di blog, katanya 'waktu luang itu gak ada, yang ada hanyalah meluangkan waktu'. dan itu terasa bwangeettss sekarang ini kebenarannya. saya terlalu fokus dengan kesibukan-kesibukan sekunder, padahal ada kesempatan untuk meluangkan waktu, tapi,, emm ya mau gimana lagi, saya bukannya meluangkan waktu, tapi malah mencari waktu luang hehe. dan mulai sekarang, "gak boleh sia-siain waktu!" ^^

belajar itu menyenangkan, sangat menyenangkan. apa lagi untuk menyelesaikan hal-hal yang ribet, eueuh, putar tu otak sampek nemu solusinya. tapi, untuk pribadi, saya punya kendala :(, saya ini orangnya pudar ingatan, jadi cepat banget lupa hal-hal yang baru. kalo temen-temen yang lain udah ngerti abis dijelasi sekali, saya harus dua kali di jelasi baru ngeh. huhf.. jadi untuk mengejar kemampuan seperti kawan-kawan yang lain, butuh belajar ekstra. belajar ekstra itu, butuh semangat super ekstra. haha. ya begitu lah kira-kira.

dan sekarang ini, saya lagi nunggu waktu  liburan. haha. (padahal masih lama lho). sangking jenuhnya, saya berharap waktu berjalan lebih cepat, agar cepat ujian tengah semester, cepat final, dan tentunya cepat libur.hehe. udah ada rencana ni mau liburan ke Sabang, kota diujung sumatra. hmm. mudah-mudaha tercapai. :D amin. (gak sabar lagiiiiii)

dipeghujung tulisan ini, saya mau kasi semangat untuk diri sendiri nih. semangat ya sarah beb,belajar yang rajin, buang dulu tuh jenuh-jenuh kuliahnya, sikit lagi. kalo mau liburan, harus maksimal ya kuliahnya..go go go. :) hahahaha

Senin, 30 September 2013

dear


dear,
jika waktu kita bersama telah habis,
maka apa lagi yang kita harap ??
jika saat kebersamaan itu berganti,
maka apa lagi yang kita nanti ??



dulu aku pernah duduk bersama cahaya dibalik awan,
indah..
begitu manis..
dan sampai hari ini masih kurasa manis itu
walaupun sampai pada saat kebersamaan itu berganti..

***

gambar : http://nuzuliebeprssevennw.wordpress.com/category/sebuah-penantian

Jumat, 21 Juni 2013

hidupku dengan lingkaran dan segitiga


ini adalah sebuah teorema kehidupanku
dimana aku merasa sulitnya seperti garis dalam geometri
ketika itu aku berada dititik pusat,
terus beranjak melewati jari-jari lingkaran kehidupan dan mengukur kelilingnya

sekarang aku berdiri pada sebuah dalil
dimana aku menemukan warna baru

yeah, aku berhenti pada suatu titik
kumenemukan garis singgung

aku bersandar padanya
nyaman
inilah jawaban dari persamaan yang kutemukan pada catatan itu
namun, ada sosok yang mengubah titik-titiknya

akhh...

dia tak lagi menjadi garis singgungku
dia telah menjadi hipotenusa si segitiga siku-siku
hidupku sekarang hanya dapat dinikmati dengan integral
ya... integral.. rumit.

Selasa, 04 Juni 2013

Saly dan Ludo



Hujan deras memmbuat kakiku malas melangkah untuk bergegas sekolah. Angin diluar begitu kencang. Sudah dua hari ini hujan mengguyur kota kediamanku setelah dua minggu lebih panas terik dan kering menyerang. Terniat dihati untuk bolos sekolah hari ini. Yeah, lagian sepertinya aku belum pernah bolos sekolah disemester genap ini. Sehari saja aku tidak masuk sekolah, rasanya tidak mungkin sampai menggeser peringkatku dari juara kelas. Begitulah pekikku dalam hati. Tapi, Oja, kakak yang berumur dua tahun diatasku, dan sekarang sedang duduk di kelas tiga sekolah menengah atas, ia telah rapi dengan seragamnya. Kakakku satu-satunya ini memang tidak pernah toleransi dengan cuaca kalau masalah sekolah. Aku akui, ia memang lebih rajin dan tekun dibandingkan aku yang terkadang sering bermalasan, tapi angka diraport kami alhamdulillah tidak jauh berbeda.

            “Sal, udah jam tujuh lewat tu. Mau berangkat jam berapa ?, mau sampai jam berapa tiduran dengan si strowberi itu ?” suara Oja menggemakan kamar kami yang berukuran tiga kali empat.

Sepertinya ia begitu kesal melihatku yang masih berbalut selimut dan bantal strowberry kesayanganku. Dengan malas kulangkahkan kaki untuk bergegas. Dan tepat pukul setengah delapan, aku baru saja duduk di meja makan.

            “emm, Saly gak mau sekolah hari ini. Hujan deras.” aku berkata asal sambil mengaduk-aduk nasi goreng dengan sambal cabai hijau kesukaanku.       

            “lho ? kenapa ? kan ayah yang antar ?” mama mencoba mencari tau alasanku yang sebenarnya.

            “kak Oja juga enggak mau pigi kok ma. hujan. Lagian semalam kami udah janjian, kalo hari ini hujan, kami mau main ludo seharian. Abisnya kak Oja sibuk terus, sekolah, les, sekolah, les, kalau ada jadwal kosong, pasti sama temen-temennya. Jadi hari ini mau menghabiskan waktu sama Saly. Ya kan kak ?” aku melihat ke arah Oja sekilas, dan kemudian melahap sarapanku yang menggunung. Tanpa merasa ada kejanggalan sedikitpun dengan kata-kata yang kulontarkan, aku pun berusaha mendapat jawaban dari Oja, dan lagi-lagi berbicara saat mengunyah untuk menegaskan pertanyaaku, “iya kan, kak ?!”

            Oja terlihat begitu heran dengan kata-kata yang terlontar dari mulutku, adik satu-satunya. Karna tak ada satu kalimat pun yang sesuai dengan perbincangan kami semalam. Dan ada beberapa kata yang secara tak langsung menusuk kesadarannya. Oja terlihat bingung harus merespon bagaimana. Bahkan seingatnya, semalam sebelum kami tidur, aku sempat mengganti walpaper handphoneku, dengan foto kami bersama saat tertawa di taman. Aneh. Tapi Oja menanggapinya biasa saja, karna aku, adik semata wayangnya, memang sering saja buat hal-hal aneh, bahkan terlalu aneh baginya. Jadi ia anggap itu hal biasa kulakukan.

            “iya kan kak ?!!” lagi-lagi suaraku terdengar menegaskan.

            “hmm, enggak ah. Enggak ma..  hari ini Oja ada ulangan fisika kok, masak mau bolos.” Oja menjawab apa adanya. dan menghabiskan susu di gelasnya.

Aku tau wajah mama dan ayah terliat begitu heran, tapi aku tak peduli. Aku memang berbohong. Tapi karna aku sedang malas sekolah. Aku jenuh melalui hari-hari disekolah, dan saat dirumah aku hanya seorang diri. Mama dan ayah sibuk dengan kantor mereka masing-masing, kak Oja juga demikian, aktivitasnya melebihi jadwal artis papan atas. Dan saat di rumah, aku hanya ditemani laptop berstiker strowberry, dan ketika lelah, aku tidur dengan bantal kesayanganku. Akh.. waktuku dengan penghuni rumah ini begitu singkat. Itulah alasanku yang sebenarnya, agar kak Oja mau menemani kemalasanku hari ini dirumah.

            “kakak! Aku mau sekolah, tapi masuk dikelas kakak! Aku mau duduk semeja dengan kakak.!” Entah kenapa aku berbicara dengan nada sedikit emosi dan, hmm, mataku berkaca-kaca.

            “lho, kenapa ? kelas Saly, I-A itu paling pas lho, dekat kantin. Dekat lapangan basket. Kamar mandi juga gak jauh. Kok mau ngungsi ke kelas kakak ? ee..gak malu dia gabung-gabung dengan kakak-kakak. hehe”. Oja meledek Saly, dan tertawa kecil.
Yeah, aku tau, aku telah meminta hal terkonyol. Tapi, akh. Entah lah. Aku sendiri tak tau apa yang sudah kukatakan. Seketika itu juga papa bangkit dari kursinya, dan beranjak kearahku. Ayah mengelus kepalaku dan menciumku dikening.

            “Saly dirumah aja ya nak, papa antar kak Oja dan harus masuk kantor. Mama jam 9 nanti perginya. Jadi kamu bantu mama bersihkan meja ya sayang. Baik-baik dirumah. Besok janji harus masuk sekolah ya.”
Aku hanya mengangguk dan tersenyum kecut melihat ayah dan kak Oja yang berlalu begitu saja. Serta menahan air mata yang bendungannya tak kokoh lagi.

Sepertinya sarapan pagi ini tawar dilidahku, makanya tak habis-habis dari tadi. Hehe, aku bicara dalam hati dan tertawa kecil.

***

Hujan mulai reda. Siaran tv tak ada yang menarik. Aku masih lengkap dengan seragam sekolah. Dan lagi-lagi aku sendiri dirumah ini. Rasanya jantungku tak karuan, gelisah tak menentu. Seperti ada suatu hal yang akan terjadi. Aku bergegas ke kamar dan menyalakan laptopku. Rasanya aku ingin menangis. Menangis sekencang-kencangnya. Kehidupanku hanya sebatas sekolah, juara kelas. Tak ada yang lebih menyenangkan selain itu. Rasanya badan ini lemas. Namun, jemariku mencoba menari diatas keyboard dan menulis apa yang ingin aku katakan.


Salam sayang hangat untuk keluarga Farhan,
Teruntuk Ayah, Mama dan Kakak.
Saly Cuma mau kasi pesan-pesan aja kok. Hehe. Karena Saly takut gak sempat sampaikan ini ke kalian. Jadi Saly ketik aja. :)

Ayah.. Mama.. Saly sayaaaaang banget sama ayah dan mama. Saly juga tau ayah dan mama sayang dengan Saly. Tapi semenjak mama ikutan kerja dikantor dan pulang telat, akunya sering sendirian deh dirumah. Hehe.

Ayah..Mama.. kalau Saly gak ada lagi, jangan biarin kak Oja begadang malam ya.. dia memang banyak pr-nya, tapi kan bisa dikerjakan waktu kumpul sama kawan-kawannya. Jangan sampai kak Oja tidur jam 12 lewat.. nanti dia sakit.

Jangan kasih kak Oja main ujan ya ma.. dia anti kena air ujan tu ma.. sikit kena ujan, pasti nanti minta urut deh sama Saly. Hehe

Ayah.. kak Oja kan sering tu pingin mie goreng wak Minah  malam-malam, biasanya Saly yang temenin, tapi kalau Saly gak ada lagi, ayah temenin kak Oja ya. Jangan sampai dia pigi sendirian. Nanti diculik dia yah.. Saly gak mau kak Oja kenapa-kenapa.

Kakak.. maaf ya Saly sering jailin kakak. Tapi nanti pasti kakak kangen sama jailan Saly. Dijamin deh..

Kak, Saly bohong tadi pagi gak tau kenapa, tapi yang jelas, Saly kangen kita maen ludo sama-sama kalau lagi hujan. Kayak dulu kak.. itu udah jadi jadwal kita kalau musim hujan. ludo sama hujan itu mirip lho kak,sama-sama buat kakak sakit kepala.hehe. kakak sakit kepala kalau kena hujan, kakak juga sakit kepala kalo aku ajak main ludo kan..abisnya kakak kalah terus..haha....

Kak... nanti set foto kita berdua ya di walpaper kakak.. abisnya, selalu foto sama kawan-kawan kakak. Akunya kan mau juga ada di walpaper kakak. Aku kan cantik, pasti makin cakep deh walpapeer kakak :)

Oia, Semalam Saly mimpi diajak pigi dengan almarhumah nenek. Katanya Saly harus pakai baju putih. Tapi kan Saly gak punya. Saly pinjam baju putih kakak ya.. boleh ya kak..?. kalau gak, Saly gak bisa ikut nenek kak. :(

kakak, semoga ujian akhirnya lulus ya.amin. Tetap semangat, Saly tetap dukung kakak, seburuk apapun itu, jadi jangan pernah merasa sendirian ya..

Wasalam
Saly Farhan,


Tiba-tiba dering sms handphoneku berbunyi. Untung ada deringnya, jadi meskipun ketinggalan dimeja makan tetap kedengaran nadanya.
“haha..kak Oja sms, tumben si kakak lagi belajar, kok malah main hp. Sms aku lagi. Gak biasanya. hehe” seruku dalam hati. Sambil tersenyum kubuka pesannya.


        Saly, maafin kakak ya.. kita udah lama gak main ludo. Tapi pagi ini kakak ulangan. Lagian kan gak mungkin kita bolos sekolah Cuma karena ludo.hehe :) oia, nanti malam kita main ludonya ya..kakak janji. Siapa takut lawan ludo sama kamu :p. Siapkan tepung untuk yang kalah ya. I love my sista :*


     Aku kegirangan membaca sms dari kak Oja. Kami memang serumah, sekamar, bahkan sekasur, tapi beginilah kami, sibuk dengan aktivitas masing-masing. Tapi aku begitu bahagia, karna dia mau meluangkan waktunya untuk bermain bersamaku. Aku berlari menuju kamar sambil berlompat kegirangan. Tapi..
“Aaw..!!”
***
Inilah status Oja di fesbook malam harinya:
Oja Farhan
Status :

Saly, malam ini kita gak jadi main ludo ya ? :( hikhs. Kan     kakak udah janji, malam ini kita main, kenapa tetap pergi Sal ?:( .
Pukul : 20.00 wib


Saly sayang, kakak udah set walpapernya foto kita waktu makan ice cream. Saly masih suka yang rasa coklat vanila ? masih kan ? makanya cepat balik kesini. Biar kita makan ice cream lagi ya..:*
       Pukul : 21.25 wib


adekku, Saly sayang..kenapa pergi tinggalin kakak..? kan baju putihnya belum kakak pinjami ? Saly kapan balik lagi ? kakak gak mau tidur sendiri. Kamar kita sepi gak ada Saly. Cepat balik ya... :(
       pukul : 22.15 wib


hmm.. air hujan yang merembes dari teras samping kamar kita telah membiarkan darah dari benturan kepalamu mengalir begitu saja, Sal. Dan kakak tak tau harus berbuat apa.. semua orang mengkhawatirkanmu Sal. semoga Tuhan menyadarkanmu dari koma ini. I miss you Saly. :’( :*
       pukul : 23.50 wib


The end

Sabtu, 25 Mei 2013

tersenyumlah setelah membaca ini, teman..:D


yeah.. ini adalah sepenggal kebanggan atas keberanian yang kita lakukan bersama-sama, teman..
Tuhan benar-benar tidak tidur. Dia telah memercikkan tetesan-tetesan semangat untuk kita.
Untuk tahap mula, gerakan kita telah masuk dalam kategori berhasil.
Kita berhasil mewujudkan mimpi..
Kita berhasil menjalankan skenario yang kita pahat sejak awal kita berdiri bersama..
Kita telah berhasil menjalankan niat baik itu..
Niat baik untuk melakukan perubahan..
Kita telah berhasil menjadi wadah atas kreatifitasan banyak orang..
Dan ingat, kita telah berhasil melakukan yang tidak semua orang berani melakukannya.
Jangan takut dengan cibiran-cibiran itu.
Itu hal biasa.
Terlalu biasa untuk pejantan tangguh seperti kita, teman (hahahaha :D)
Lupakan percakapan yang bernilai NOL itu.
Gerakkan kembali aliran listrik di kepala kita, pikirkan lagi,, hal gila apa yang akan kita lakukan kedepan :)
Master English, Master The World..




#keep spirit MASTER :D
(baik :)

Jumat, 10 Mei 2013

Abi terhebat di muka bumi :’)



he is my hero, my guiding..

:'D

 my love family :*


Setapak demi setapak telah kulewati masa-masa kecilku. Dan kini aku membuka selembar memori silam yang kusam. Kehadiranku sebagai anak sulung menjadi awal karir orang tuaku. Awal karir menjadi abi dan mama’.
Saat itu umurku sekitar 10 tahun. aku mendaftar lomba pidato dan membaca puisi. Padahal saat itu aku tak tau bagaimana berpidato dan membaca puisi. Jangankan tau, terbayang saja tidak. Hehe. Hanya bermodalkan berani. Namun setelah sadar bahwa sepertinya aku terlalu berani menghadapi persaingan dengan abng-abang dan kakak-kakak yang lebih berpengalaman, ku urungkan niatku. Aku ingin mengundurkan diri. Tapi, abi dan mama’ku siap meyakinkan dengan berbagai cara. Bahkan dimalam hari aku menonton mama’ membacakan puisi itu. :’) abi juga mendorongku untuk terus berani berkompetisi. Yeah, pada akhirnya aku mengikuti dan memenangkannya. Luar biasa bukan ? :) bukan diriku yang luar biasa, tapi orang tuaku yang luar biasa..bahkan sungguh telah menjadi pondasi liku-liku kehidupanku. Love you..:*
Abi..
Sekarang, anak sulungmu sedang berusaha mengejar ilmu di Perguruan Tinggi. Ia sudah menghabiskan jenjang anak-anak dan remajanya. Sampai hari ini, kau tak pernah ragu memberi masukan dan taktik-taktik menjelajah kehidupannya. Dan sampai detik ini kau begitu percaya dengan perjalanan hidupnya. Tapi terkadang ia lupa dengan amanah kepercayaan itu, abi. Hari ini ia menyimpan pertanyaan untuk dirinya, “what has given you, my beloved father ?” . tak ada.. sampai hari ini ia tak mampu memberi apapun untukmu. Kini umurnya mendekati 20 tahun, tapi ia masih saja menjadi gadis kecilmu yang manja seperti 15 tahun silam. Is it wrong ?  Abi, ia telah berjanji... i promise,,Someday I will show to the world that I can keep your trust of me..(katanya).
Hari ini..
Adalah tanggal dimana seorang ayahanda terhebat yang kumiliki tepat berumur 46 tahun
Usiamu semakin bertambah..
Teruslah menjadi motivator terhebat sepanjang masa untukku..
I love you, my hero.
I love you my abi..:’)

Jumat, 03 Mei 2013

Keinginan di Larut Malam




Ingin ku kubur dalam-dalam rasa kecewa itu..
Agar hati tak lagi terluka..
Agar kita tak menjadi jarak..
Dan harmonis layaknya kau dan dunia mayamu..

Ingin ku hentakkan kebelengguan itu jauh ketanah..
Agar aku luput dari padanya..
Agar aku bebas..
Dan merasa ukiran senyum itu milikku..

Ingin ku lepas ikatan yang menjepit pembuluh nadiku..
Agar aku mampu bernapas..
Agar aku mampu menghela nafas itu lebih banyak lagi..
Dan tertidur lelap dengan ketentraman..

04 Mei 2013-05-04
Pukul : 03.13 dini hari 

Kamis, 14 Maret 2013

Pilihan, keyakinan dan resiko




Hidup ini adalah pilihan, dan dibalik apa pun yang kita pilih akan ada resiko. Contoh sederhana, sekarang anda ingin sekali memasak  telur dadar, namun garam sedang tidak ada. Pilihannya adalah, anda tetap masak telur dadar dan menyantapnya, tapi tidak ada rasa, alias tawar. Atau anda tidak memasaknya sekarang (beli garam terlebih dahulu), namun alhasil telur dadar berasa (hehe). Anda akan pilih yang mana ? apa pun pilihan yang anda ambil, anda tetap akan menerima resiko. Itu hanya contoh terlalu sederhana (sampai-sampai bisa dikatakan contoh yang tidak menarik,hehe.).

Nah, tapi perlu kita ingat bahwa pilihan apapun yang kita ambil, kita harus memilihnya dengan “keyakinan”. why ?  jelas dong. Kalau tidak yakin, maka akan ada kata “penyesalan” nantinya. Ya toh ?. membahas ini, saya jadi teringat dengan sebuah kisah Bilal bin Rabbah (Budak pada masa Raulullah SAW)  ra ketika disiksa oleh tuannya. Ketika sang tuan bertanya pada Bilal “man huwa aqwa sayyiduka am rabbuka al-ahad ?” (siapakah yang lebih kuat tuanmu ataukah Tuhanmu Yang Esa ?) dengan keyakinannya yang teguh Bilal menjawab al-ahad.. al-ahad.. meskipun ia mendapat siksaan yang lebih berat karna jawabannya, ia tidak sedikitpun menyesali jawabannya. Why ?

Nyaan...ban... si “keyakinan” ini tadi lah yang membuat Bilal gak goyang (bahasa anak muda sekarang, maksudnya gak goyah-imannya). Karna yakin, ia siap menerima resiko dari pilihannya. Apakah hanya Bilal yang mampu begitu ? oh no banget.. siapapun mampu. Kesadaran lah mengontrolnya. Si yakin tadi itu berkaitan pula dengan si ikhlas. Hmm, tak putus-putus kaitannya.hehe
Intinya adalah ketika kita dihadapkan dengan pilihan, maka gunakan kesadaran kita untuk memilihnya, disamping itu, lihatlah resikonya pula. Dan kemudian pilihlah pilihan sesuai dengan kesadaran kita. Jangan lupakan si Yakin tadi, karna dia berperan penting. Dan ketika harus menghadapi si Resiko, panggillah si Iklas untuk mendampingi kita. J Lancarlah pilihan-pilihan kita.hehe

Wallahu a’lam bishshawab..

Minggu, 03 Maret 2013

ceritaku pagi ini


Em..pagi ini otakku seperti baru diinstal...segar...
milyaran urat syaraf masih setia  berada dalam organ-organ tubuhku...
dan inilah nikmat tiada tara..
terlebih, ketika mengingat bilyaran tulisan yang menggoresi kertas-kertas.
tulisan yang menceritakan hari-hari bersama mereka.

Ya..mereka....

Diwaktu senggang, bernyanyi bersama..
bercerita tanpa mengenal jadwal..
bahkan, ketika makan pun, tak mengenal siapa pemilik makanan tersebut.. :D
rasanya ingin menceritakan semua..
tapi...........uh,,,, tak pernah habisnya....ini lah kisahku bersama teman2...CND DOHA...
ini bait lagu yang pernah tercipta untuk DOHA

-dulu...kita dududk bersama.....
tertawa, bercanda, tersenyum selalu..
mereka bercerita disepanjang waktu..
tentang banyak kisah, yang dialami..

dan kini..semua tlah pergi dan aku sendiri....
dapatkah aku berjumpa kembali,,
oh...semua, dengar hatiku ini..
kubutuh mereka
yang slalu, temani aku..

oh Tuhan,.
mohon kembalikan persahabatan kami..
yang dulu..
pernah.. kami jalani....-

doha..doha..doha...
tempuhlah jalan yang sudah kita pilih sekarang...
jangan sia-siakan modal yang pernah kita dapati...
salam juang.DOHA. !! :)

Minggu, 06 Januari 2013

Monopoli Kenangan Tsunami





“Maria.. Maria..”, suara mama membangunkanku yang sedari tadi tidur dengan pulas. “shalat dulu, udah jam stengah tujuh. Nanti subuhnya kesiangan tu..”. dengan setengah sadar kuturuti kata mama dan melangkahkan kaki yang terasa berat sekali ke kamar mandi.
“e nong..maen monopoli yok.”. suara Ahmad yang melengking terasa menggemakan kamarku. Ahmad adalah adikku satu-satunya, ia berumur tujuh tahun. Kami selisih empat tahun. Tapi Ahmad tidak pernah memanggilku dengan sebutan ‘kak’, apalagi ‘kakak’, dengar saja cara dia memanggilku seperti tadi ‘nong’ atau dengan sebutan nama ‘Maria’. Dia memang adik yang sedikit menyebalkan, tapi kami saling menyayangi.
“Tunggu..belom solat ni.”.
“tu lah..cepat sikit lah !” sahutnya.
“asslamualaikum warahmatullah...”. “Maria cepatlah..”. belum sempat aku berdoa, Ahmad sudah menarik-narik mukenaku. Uh, rasanya dia memang sangat menjengkelkan. Aku pun menurutinya, kududuk tepat dihadapannya, kami bermain di atas tempat tidur. “sarah tutop pintu lu pet, nanti si Afif masok.. diganggunya kita ntiik..!”. dengan geram kusentil telinganya dan lagi-lagi menuruti kemauannya. Dia hanya tertawa. Emm, ngomong-ngomong, Afif adalah sepupuku. Dia masih berumur kira-kira tiga tahun. Kami serumah, karena kami masih tinggal bersama di rumah nenek. Rumahku ramai selalu, tidak pernah sepi, karna ada tiga kepala keluarga dirumah. Tapi pagi ini tidak lengkap, meskipun ini adalah hari minggu, Om ku tetap punya rutinitas berolah raga dengan rekan kerjanya.
“heh ! kok maen ambek-ambek aja hotelnya ?! uangnya mana ?!”. suaraku yang sedikit membesar membuat dia menyengir karna telah bermain curang. Tapi dia tetap saja membela diri, “Udah kok !!!”, malah suaranya tak kalah nantang. Itulah sifatnya.
Bbrrrkk... Suara hantaman pintu mengagetkanku. “nak..!! nak !! keluar...keluar..... gempa..”
Dengan panik aku pun keluar dari kamar dan berlari. Gempa yang luar biasa itu membuat kepalaku pusing, berdiri tak kuat, duduk pun tak tenang. Sepertinya mukaku tampak pucat, mama memelukku dan Ahmad. Semua keluargaku berkumpul di halaman rumah. Adik mamaku yang akrab kusapa dengan panggilan ‘mucut’ pun tampak sangat resah. Suaminya belum juga pulang. Ada sebagian tetangga yang histeris, bahkan mengira inilah kiamat. Aku tak kuasa melihat tiang listrik yang seakan akan jatuh tepat di ubun-ubunku, pagar rumah yang sekiranya akan terlepas dari rel rodanya, suara air dikamar mandi seperti sepuluh orang yang sedang mandi. Takbir, tasbih, tahlil terdengar keras di telingaku. Jantungku berdetak tak karuan, mataku mulai berkaca-kaca. Tangan dan kakiku terasa dingin, jelas ketakutan itu hadir. Ketika kucoba mengucap laa ila haillallah, nyaris tak terdengar. Suaraku bergetar, terbata. Ku panggil abiku yang berjarak denganku, tak kuizinkan jauh dari posisiku. Kutenangkan hati, karna kukira gempa mulai behenti. Om ku pun tiba dirumah, sepertinya ia sangat kelelahan. Kami mulai masuk ke rumah. Pakchikku segera melanjutkan makannya yang terhenti karena gempa tadi. Suasana sedikit tenang meski kami tentunya masih waspada akan adanya gempa susulan. Kusadari abi telah pergi ke asrama haji untuk mengunjungi saudara yang akan naik haji. Awalnya mama pun ikut, tapi tak aku izinkan karna sepertinya ada sesuatu yang akan terjadi, hatiku tak tenang.
“aer laot naeek........aer laot naek..........!!” terdengar riuh suara diluar. Ternyata penikmat kopi diujung lorong rumahku pada berlarian dan berteriak memberi tahu warga bahwa air laut naik. Aku tak paham maksud mereka, apakah itu sejenis banjir. Tak ada bayangan sedikitpun yang terlintas dibenakku. Namun kulihat mama dengan sigap mengambil tas berisikan ijazah-ijazah serta surat-surat. Begitu juga dengan mucut. Sepertinya gempa susulan mulai menggoncangkan bumi ini kembali. Pandanganku sedikit buyar, semua orang rumah terlihat panik. Sepertinya sesuatu yang hebat akan terjadi setelah ini. Suara kendaraan dan orang yang berteriak terus terdengar. Huru hara yang tak pernah aku alami sebelumnya.
“bagah...bagah.. !! aneuk miet yue ek laju lam moto[1]..!” terdengar tegas suara omku. Aku yang saat itu memakai baju kaos putih dan celana sebetis langsung duduk tepat disamping mama didalam mobil. Terlalu sempit mobil ini untuk kami keluarga besar. Kami pun pergi meninggalkan rumah. Mobil melaju kencang. Aku melihat kebelakang, ada air yang mengalir seperti ular disana, mulai memasuki lorong rumahku. Air berwarna hitam, dan sepertinya itu air laut yang dimaksud. Tapi entahlah. Yang jelas aku tak pernah melihat air yang seperti itu sebelumnya.
“maa.. abi kek mana ma,,?! Ma..telpon abi ma..” rasanya aku tak ingin pergi tanpa ada abi disampingku. Mama terus menghubungi nomor handphone abi, tapi nihil. Sinyal tak ada.
Bruukkkkgg .. mobil kami menabrak kendaraan lain ditikungan. Aku melihat jelas, abang yang memakai topi coklat itu terlompat keatas joek mobil kami dan jatuh ke aspal. Bisa kurasakan sakitnya. Tapi ia tak berkata sepatah katapun. Ia bangun sambil menggusuk pinggang kirinya dan terus membangunkan hondanya kemudian melaju kembali. Kelihatannya ia buru-buru sehingga tak memperdulikan badannya yang jelas saja sakit. ”Ya Allah, apakah ini kiamat ?”, hatiku mulai coba berdialog dengan Tuhan. “Ya Allah dimanapun abiku berada, jagalah ia. Aku masih ingin berkumpul bersama keluargaku dengan utuh. Ya Allah, sampai kapan Engkau goyangkan bumiMu ini ? selamatkanlah kami ya Allah dari cobaan ini.” Hatiku terus berbicara.
Kulihat air sungai di jembatan Simpang Surabaya sepertinya sebentar lagi akan meluap. Air hitam dan tumpukan sampah serta kayu-kayu mulai menutupi permukaan. Aku sempat memejamkan mata karena tak sanggup melihat gambar-gambar kehidupan yang sepertinya tak mungkin sebuah kenyataan. Ada mayat disana, tertipa timbunan kayu. Sejauh perjalanan aku lebih memilih hanyut dalam tahlilku. Tak sanggup memandang lepas.
Dipenghujung jalan Peniti kami terjebak air. Omku mulai pitam. Ini masalah, karna tak ada yang bisa menyetir selain omku. Kukipasi om dengan kertas ala kadarnya, dan sepertinya ini sedikit membantu. Satu per satu kendaraan berbalik arah menuju lintasan lain dan berusaha keluar dari jebakan air hitam itu. Aku tak mampu melihat sorotan mata disetiap sudut, semua berusaha menyelamatkan diri. Mereka berlari tak karuan. Bagi pengendara, tak lagi peduli spion. Korban tabrakanpun mulai tak dihirau. Aku berusaha tidak terayun pandangan. Alhamdulillah kami berhasil melewati suasana jalan yang menegangkan.
“kita kemana ma ?” suara Ahmad kembali terdengar setelah lama membisu. “ke Lambirah[2] nak.” Yah, aku pun merasa itu tempat yang aman, jauh dari kota.Ahmad tak menjawab, namun ada sebongkah pertanyaan yang tergambar dari cara ia menerima jawaban mama. “abi sekarang dimana ma.?” Ia mewakili pertanyaanku, dan kali ini dia bukan adik yang mmenjengkelkan. Mama tidak menjawab, hanya mengelus rambut Ahmad yang agak sedikit pirang.
 Sepanjang jalan menuju Lambirah entah berapa tiang listrik yang tumbang , aku lupa menghitungnya. Lima belas menit berlalu, kami sampai di rumah nenek Lambirah. Dan ternyata gempa masih menggoyangkan bumi Aceh. aku tak mau terpisah dengan mama, kemanapun mama beranjak, aku dan Ahmad ikut. Sampai larut malam kami belum bisa terlelap, guncangan yang terkalu sering itu membuat kepalaku pusing. Dan yang paling membuat hati tak karuan, kami belum tau keberadaan abi. Kubiarkan air mata mengalir dipipi saat terkurung rasa gelisah itu. Dan terlelap dalam kegelapan malam tanpa lampu.
Aku terbangun dan menyadari mama pergi untuk mencari abi. Singkat cerita*. Sore harinya abi menjumpaiku yang sedang duduk diujung kayu depan rumah. Aku memeluknya erat, kekhawatiranku hilang. Namun terlalu banyak luka goresan di kaki, tangan, dan juga bagian badan. Abi berhasil menyelamatkan diri dari timbunan sampah dan barang-barang yang terbawa air lainnya.
“abii.....” suara Ahmad menggabungkan suasana. Ia merebahkan badannya di punggung abi.
“didepan rumah ada mayat kira-kira seusia Maria dan Ahmad, abi teringat kalian.”
“kami gak liat mayat seusia abi, tapi tetap teringat abi. Hehe.” Ahmad membuatku tertawa geli.
***
Ini adalah hari pertamaku kembali sekolah setelah libur panjang akibat tsunami. Namun ini bukan sekolahku, ini hanya sekolah sementara selama kami mengungsi. Banyak kesan-kesan disana. Dan banyak hal yang menyadarkanku akan sesuatu. Aku kesekolah dengan kelengkapan seadanya. Yang biasanya menggunakan seragam rapi, dengan tali pinggang, namun hari itu masih tergambar jelas aku memakai kaus merah bergambar snoopy, celana training dan jilbab kurung yang aku pinjam dengan cecekku.[3] Yang biasanya buku-buku tertata rapi dalam tas ransel, hari itu aku hanya menyimpan buku tulis UNICEF dan perlengkapan lain didalam kantong kresek. Yang biasanya sepatu hitam dan kaus kaki putih membalut kaki, hari itu aku hanya beralaskan swalo. Tapi yang membuat hari itu ceria adalah kesadaran bahwa kebahagiaan bukan diukur dari materi, tapi dari keikhlasan. Aku ikhlas kesekolah, itulah yang membuat aku ceria seperti biasa. Tidak lebih dari sebulan aku sekolah di sana, selanjutnya kami kembali ke rumah induk, rumah nenek di Lampineung, tepatnya belakang SMP 6.
Lumpur yang terlalu tebal dan lantai rumah yang masih bersemen kasar menyulitkan kami membersihkan rumah, televisi yang biasanya duduk manis diatas meja kayu panjang itu sekarang dilantai dengan posisi terbalik. Barang-barang lainnya juga tak kalah acak. Tapi diluar sana masih terlalu banyak orang-orang yang kehilangan segalanya. Dan yang terpenting saat ini, keluargaku masih utuh.
“Maria, monopolinya selamat ! Tak ada lumpur yang menodai.” Suara Ahmad memecah keheningan saat kami sedang membersihkan rumah.
“monopoli apaan ?” aku yang sedang didapur menyahut dengan setengah menjerit.
“sini dulu !”
Aku pun menyusulinya yang sedang di kamarku. Tawa mulai mengisi kamar meski sedang mengunyah biskuit, saat kumelihat monopoli yang kami mainkan 26 Desember 2004 lalu, masih utuh setelah seminggu lamanya ia terduduk di atas tempat tidurku. Di tambah lagi dengan gaya Ahmad dan nyengirnya yang khas.
“haha. Karena spring-badnya mengapung, monopolinya selamat.” Seruku yang menganggap itu kesan yang lucu. Maklum, umurku waktu itu masih sekitar sebelas tahun.
“yok maen..”
Dengan setengah tertawa aku turuti ajakannya. Semoga bermain kali ini tidak diiringi gempa.
Krrrkkkkk.. bunyi tempat tidurku. Aku dan Ahmad spontan terkejut dan merasa tempat tidur goyang. Hah ?!! gempa ??!!




[1]  Cepat..cepat.. anak-anak suruh naik terus ke dalam mobil
[2]  di daerah Aceh Besar
[3]  Cecek adalah sebutan untuk adik ibu, sama seperti tante