Hidup ini adalah pilihan, dan
dibalik apa pun yang kita pilih akan ada resiko. Contoh sederhana, sekarang
anda ingin sekali memasak telur dadar,
namun garam sedang tidak ada. Pilihannya adalah, anda tetap masak telur dadar dan
menyantapnya, tapi tidak ada rasa, alias tawar. Atau anda tidak memasaknya
sekarang (beli garam terlebih dahulu), namun alhasil telur dadar berasa (hehe).
Anda akan pilih yang mana ? apa pun pilihan yang anda ambil, anda tetap akan
menerima resiko. Itu hanya contoh terlalu sederhana (sampai-sampai bisa
dikatakan contoh yang tidak menarik,hehe.).
Nah, tapi perlu kita ingat bahwa
pilihan apapun yang kita ambil, kita harus memilihnya dengan “keyakinan”. why
? jelas dong. Kalau tidak yakin,
maka akan ada kata “penyesalan” nantinya. Ya toh ?. membahas ini, saya
jadi teringat dengan sebuah kisah Bilal bin Rabbah (Budak pada masa Raulullah
SAW) ra ketika disiksa oleh tuannya.
Ketika sang tuan bertanya pada Bilal “man huwa aqwa sayyiduka am rabbuka
al-ahad ?” (siapakah yang lebih kuat tuanmu ataukah Tuhanmu Yang Esa ?)
dengan keyakinannya yang teguh Bilal menjawab al-ahad.. al-ahad..
meskipun ia mendapat siksaan yang lebih berat karna jawabannya, ia tidak sedikitpun
menyesali jawabannya. Why ?
Nyaan...ban... si
“keyakinan” ini tadi lah yang membuat Bilal gak goyang (bahasa anak muda
sekarang, maksudnya gak goyah-imannya). Karna yakin, ia siap menerima resiko
dari pilihannya. Apakah hanya Bilal yang mampu begitu ? oh no banget..
siapapun mampu. Kesadaran lah mengontrolnya. Si yakin tadi itu berkaitan pula
dengan si ikhlas. Hmm, tak putus-putus kaitannya.hehe
Intinya adalah ketika kita
dihadapkan dengan pilihan, maka gunakan kesadaran kita untuk memilihnya,
disamping itu, lihatlah resikonya pula. Dan kemudian pilihlah pilihan sesuai
dengan kesadaran kita. Jangan lupakan si Yakin tadi, karna dia berperan
penting. Dan ketika harus menghadapi si Resiko, panggillah si Iklas untuk
mendampingi kita. J
Lancarlah pilihan-pilihan kita.hehe
Wallahu a’lam bishshawab..