Selingan dalam Belajar
Kisah Raja dan Pengawalnya
Sebelum
memulai mata kuliah geometri bidang, Buk Amel selaku dosen pembimbing kami yang
masih muda dan cantik itu menceritakan
sebuah kisah yang baru didapatnya pagi itu juga. Awal kisah bermula dari
seorang raja di suatu wilayah yang hobinya berburu. Setiap harinya ia memenuhi
hobinya itu dengan ditemani seorang pengawal yang sangat setia.
Suatu hari, sang raja pergi berburu
ditemani pengawal, di tengah perjalanan mereka beristirahat. Dan ketika sang
raja mengasah pisau tak sengaja melukai jarinya sampai terpotong. Sambil mengeluh
kesakitan, sang raja berkata pada pengawal “ Bagaimana ini, jariku sudah cacat”.
Sang pengawal menjawab “tidak apa-apa Raja, Itu baik untuk anda”. Mendengar jawaban
pengawal, sang raja marah dan berkata “ Kamu bilang baik untukku ?! masuklah
kau kepenjara, karena telah menghinaku !”. Mereka pun kembali menuju istana. Sesampai
di istana, raja memerintahkan kepada pengawal-pengawalnya untuk memasukkan si
pengawal yang setia menemaninya berburu itu kedalam penjara. Lantas, apa kata
si pengawal ? “Tidak apa-apa, ini baik untukku”. Jawaban serupa dengan yang ia
lontarkan kepada raja.
Di waktu yang lain, sang raja pergi
memenuhi hobynya sebagai pemburu budiman, namun ia pergi seorang diri. Sampai petang
menghampiri raja tak kunjung kembali ke istana. Ternyata ia tersesat di hutan. Sampai
disuatu daerah ia bertemu dengan suku yang ternyata mereka sedang mencari
tumbal untuk sesembahan kepada dewa. Karna sang raja dianggap orang asing tersesat
dan memiliki fisik yang sehat dan pantas
menjadi tumbal, maka raja pun di tangkap. Untuk memenuhi syarat-syarat menjadi
sesembahan, sang raja pun di periksa seluruh tubuhnya, dan ternyata nasib baik
berpihak pada raja. Ia pun di lepas oleh suku tersebut. Karena mereka tidak
ingin memberi sesembahan kepada dewanya yang sudah cacat, meski hanya cacat jarinya. Sang raja pun di lepas dan diantar
kembali keistana. Ia merenungkan kata-kata yang pernah diucapkan oleh pengawalnya
yang setia beberapa waktu silam. Tenyata apa yang dikatakan pengawal waktu itu
adalah benar. Dan kebenarannya hari ini. Sang raja pun menghampiri pengawal
yang berada di penjara. Ia menceritakan semua kejadian hari itu, dan meminta
maaf kepada pengawal karna telah menghukumnya. Seandainya tangannya itu tidak terpotong
dan cacat maka raja telah menjadi tumbal suku pedalaman itu. Namun, pengawal
malah berterima kasih kepada raja karena telah marah dan menghukuminya masuk
kepenjara. Dengan heran raja bertanya “Kenapa berterima kasih ? aku telah
menghukummu wahai pengawal.” Dengan berlutut pengawal pun menjawab “seandainya
raja tidak menghukumku, maka hari ini tentu aku menemani raja berburu. Dan jika
kita bertemu suku itu, maka aku lah yang menjadi tumbal bagi mereka. Terima kasih
raja, kau telah menyelamatkan nyawaku”.
Hikmah
Sampai
hari ini kita belum juga dapat menyadari bahwa segala sesuatu itu ada
hikmahnya. Bahkan sesering mungkin kita tidak dapat menerima sesuatu yang
terjadi diluar harapan kita. Ini adalah hal yang salah. Seperti pada kisah
diatas, apa pun yang terjadi hari ini tidak harus menampakkan hasil di hari ini
jua. Tapi yakinlah itu akan ada hikmahnya. Sebagai seorang pelajar, sadarilah
bahwa yang kita pelajari hari ini akan berdampak nanti dikemudian hari. Kita menanam
hari ini, namun hasilnya akan kita capai dikemudian hari. Maka lakukanlah apa
yang menjadi kewajiban kita hari ini, jangan takut berdampak nihil, karna nanti
di kemudian hari insya Allah kita akan mendapatkan hasil yang luar biasa.
Petiklah
hal-hal positif dari kisah di atas. Semoga bermanfaat. :)
Sarah Zulkarnaini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar