pendidik itu tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi berusahalah memahami kecerdasan anak didik- yang beragam.
:)
welcome.............
semoga bermanfaat...^^
_salam sukses selalu :)
[mahasiswi STAIN ZAWIYAH COT KALA LANGSA]
semoga bermanfaat...^^
_salam sukses selalu :)
[mahasiswi STAIN ZAWIYAH COT KALA LANGSA]
Selasa, 05 November 2013
Minggu, 03 November 2013
jenuh :D
sudah lama jari jari ini tak menari diatas keypad, dan kali ini saya ingin mengocok-ngocok isi otak saya yang sepertinya sudah berkerak (nah lho ?!).
kesibukan kampus membuat saya sedikit stres belakangan ini. sebenarnya hanya persoalan waktu. ngomong-ngomong tentang waktu, saya ingat seorang abang senior yang pernah posting tulisannya di blog, katanya 'waktu luang itu gak ada, yang ada hanyalah meluangkan waktu'. dan itu terasa bwangeettss sekarang ini kebenarannya. saya terlalu fokus dengan kesibukan-kesibukan sekunder, padahal ada kesempatan untuk meluangkan waktu, tapi,, emm ya mau gimana lagi, saya bukannya meluangkan waktu, tapi malah mencari waktu luang hehe. dan mulai sekarang, "gak boleh sia-siain waktu!" ^^
belajar itu menyenangkan, sangat menyenangkan. apa lagi untuk menyelesaikan hal-hal yang ribet, eueuh, putar tu otak sampek nemu solusinya. tapi, untuk pribadi, saya punya kendala :(, saya ini orangnya pudar ingatan, jadi cepat banget lupa hal-hal yang baru. kalo temen-temen yang lain udah ngerti abis dijelasi sekali, saya harus dua kali di jelasi baru ngeh. huhf.. jadi untuk mengejar kemampuan seperti kawan-kawan yang lain, butuh belajar ekstra. belajar ekstra itu, butuh semangat super ekstra. haha. ya begitu lah kira-kira.
dan sekarang ini, saya lagi nunggu waktu liburan. haha. (padahal masih lama lho). sangking jenuhnya, saya berharap waktu berjalan lebih cepat, agar cepat ujian tengah semester, cepat final, dan tentunya cepat libur.hehe. udah ada rencana ni mau liburan ke Sabang, kota diujung sumatra. hmm. mudah-mudaha tercapai. :D amin. (gak sabar lagiiiiii)
dipeghujung tulisan ini, saya mau kasi semangat untuk diri sendiri nih. semangat ya sarah beb,belajar yang rajin, buang dulu tuh jenuh-jenuh kuliahnya, sikit lagi. kalo mau liburan, harus maksimal ya kuliahnya..go go go. :) hahahaha
Senin, 30 September 2013
dear
dear,
jika waktu kita bersama telah habis,
maka apa lagi yang kita harap ??
jika saat kebersamaan itu berganti,
maka apa lagi yang kita nanti ??
dulu aku pernah duduk bersama cahaya dibalik awan,
indah..
begitu manis..
dan sampai hari ini masih kurasa manis itu
walaupun sampai pada saat kebersamaan itu berganti..
***
gambar : http://nuzuliebeprssevennw.wordpress.com/category/sebuah-penantian
Jumat, 21 Juni 2013
hidupku dengan lingkaran dan segitiga
ini adalah sebuah teorema kehidupanku
dimana aku merasa sulitnya seperti garis dalam geometri
ketika itu aku berada dititik pusat,
terus beranjak melewati jari-jari lingkaran kehidupan dan mengukur kelilingnya
sekarang aku berdiri pada sebuah dalil
dimana aku menemukan warna baru
yeah, aku berhenti pada suatu titik
kumenemukan garis singgung
aku bersandar padanya
nyaman
inilah jawaban dari persamaan yang kutemukan pada catatan itu
namun, ada sosok yang mengubah titik-titiknya
akhh...
dia tak lagi menjadi garis singgungku
dia telah menjadi hipotenusa si segitiga siku-siku
hidupku sekarang hanya dapat dinikmati dengan integral
ya... integral.. rumit.
Selasa, 04 Juni 2013
Saly dan Ludo
Hujan deras memmbuat
kakiku malas melangkah untuk bergegas sekolah. Angin diluar begitu kencang. Sudah
dua hari ini hujan mengguyur kota kediamanku setelah dua minggu lebih panas
terik dan kering menyerang. Terniat dihati untuk bolos sekolah hari ini. Yeah,
lagian sepertinya aku belum pernah bolos sekolah disemester genap ini. Sehari saja
aku tidak masuk sekolah, rasanya tidak mungkin sampai menggeser peringkatku
dari juara kelas. Begitulah pekikku dalam hati. Tapi, Oja, kakak yang berumur
dua tahun diatasku, dan sekarang sedang duduk di kelas tiga sekolah menengah
atas, ia telah rapi dengan seragamnya. Kakakku satu-satunya ini memang tidak
pernah toleransi dengan cuaca kalau masalah sekolah. Aku akui, ia memang lebih
rajin dan tekun dibandingkan aku yang terkadang sering bermalasan, tapi angka
diraport kami alhamdulillah tidak jauh berbeda.
“Sal,
udah jam tujuh lewat tu. Mau berangkat jam berapa ?, mau sampai jam berapa tiduran
dengan si strowberi itu ?” suara Oja menggemakan kamar kami yang berukuran tiga
kali empat.
Sepertinya ia begitu
kesal melihatku yang masih berbalut selimut dan bantal strowberry kesayanganku.
Dengan malas kulangkahkan kaki untuk bergegas. Dan tepat pukul setengah
delapan, aku baru saja duduk di meja makan.
“emm, Saly gak mau sekolah hari ini. Hujan deras.” aku berkata asal sambil mengaduk-aduk nasi goreng dengan sambal cabai hijau kesukaanku.
“lho ? kenapa ? kan ayah yang antar ?” mama mencoba mencari tau alasanku yang sebenarnya.
“kak Oja juga enggak mau pigi kok ma. hujan. Lagian semalam kami udah janjian, kalo hari ini hujan, kami mau main ludo seharian. Abisnya kak Oja sibuk terus, sekolah, les, sekolah, les, kalau ada jadwal kosong, pasti sama temen-temennya. Jadi hari ini mau menghabiskan waktu sama Saly. Ya kan kak ?” aku melihat ke arah Oja sekilas, dan kemudian melahap sarapanku yang menggunung. Tanpa merasa ada kejanggalan sedikitpun dengan kata-kata yang kulontarkan, aku pun berusaha mendapat jawaban dari Oja, dan lagi-lagi berbicara saat mengunyah untuk menegaskan pertanyaaku, “iya kan, kak ?!”
Oja terlihat begitu heran dengan kata-kata yang terlontar dari mulutku, adik satu-satunya. Karna tak ada satu kalimat pun yang sesuai dengan perbincangan kami semalam. Dan ada beberapa kata yang secara tak langsung menusuk kesadarannya. Oja terlihat bingung harus merespon bagaimana. Bahkan seingatnya, semalam sebelum kami tidur, aku sempat mengganti walpaper handphoneku, dengan foto kami bersama saat tertawa di taman. Aneh. Tapi Oja menanggapinya biasa saja, karna aku, adik semata wayangnya, memang sering saja buat hal-hal aneh, bahkan terlalu aneh baginya. Jadi ia anggap itu hal biasa kulakukan.
“iya kan kak ?!!” lagi-lagi suaraku terdengar menegaskan.
“hmm, enggak ah. Enggak ma.. hari ini Oja ada ulangan fisika kok, masak mau bolos.” Oja menjawab apa adanya. dan menghabiskan susu di gelasnya.
Aku tau wajah mama dan ayah terliat begitu heran, tapi aku tak peduli. Aku memang berbohong. Tapi karna aku sedang malas sekolah. Aku jenuh melalui hari-hari disekolah, dan saat dirumah aku hanya seorang diri. Mama dan ayah sibuk dengan kantor mereka masing-masing, kak Oja juga demikian, aktivitasnya melebihi jadwal artis papan atas. Dan saat di rumah, aku hanya ditemani laptop berstiker strowberry, dan ketika lelah, aku tidur dengan bantal kesayanganku. Akh.. waktuku dengan penghuni rumah ini begitu singkat. Itulah alasanku yang sebenarnya, agar kak Oja mau menemani kemalasanku hari ini dirumah.
“kakak! Aku mau sekolah, tapi masuk dikelas kakak! Aku mau duduk semeja dengan kakak.!” Entah kenapa aku berbicara dengan nada sedikit emosi dan, hmm, mataku berkaca-kaca.
“lho, kenapa ? kelas Saly, I-A itu paling pas lho, dekat kantin. Dekat lapangan basket. Kamar mandi juga gak jauh. Kok mau ngungsi ke kelas kakak ? ee..gak malu dia gabung-gabung dengan kakak-kakak. hehe”. Oja meledek Saly, dan tertawa kecil.
Yeah, aku tau, aku telah meminta hal
terkonyol. Tapi, akh. Entah lah. Aku sendiri tak tau apa yang sudah kukatakan.
Seketika itu juga papa bangkit dari kursinya, dan beranjak kearahku. Ayah
mengelus kepalaku dan menciumku dikening.
“Saly dirumah aja ya nak, papa antar kak Oja dan harus masuk kantor. Mama jam 9 nanti perginya. Jadi kamu bantu mama bersihkan meja ya sayang. Baik-baik dirumah. Besok janji harus masuk sekolah ya.”
Aku hanya mengangguk dan tersenyum kecut
melihat ayah dan kak Oja yang berlalu begitu saja. Serta menahan air mata yang bendungannya
tak kokoh lagi.
Sepertinya sarapan pagi ini tawar dilidahku, makanya tak habis-habis dari tadi. Hehe, aku bicara dalam hati dan tertawa kecil.
***
Hujan mulai reda. Siaran tv tak ada yang menarik. Aku masih lengkap dengan seragam sekolah. Dan lagi-lagi aku sendiri dirumah ini. Rasanya jantungku tak karuan, gelisah tak menentu. Seperti ada suatu hal yang akan terjadi. Aku bergegas ke kamar dan menyalakan laptopku. Rasanya aku ingin menangis. Menangis sekencang-kencangnya. Kehidupanku hanya sebatas sekolah, juara kelas. Tak ada yang lebih menyenangkan selain itu. Rasanya badan ini lemas. Namun, jemariku mencoba menari diatas keyboard dan menulis apa yang ingin aku katakan.
Salam sayang hangat untuk keluarga Farhan,
Teruntuk
Ayah, Mama dan Kakak.
Saly
Cuma mau kasi pesan-pesan aja kok. Hehe. Karena Saly takut gak sempat sampaikan
ini ke kalian. Jadi Saly ketik aja. :)
Ayah.. Mama.. Saly sayaaaaang banget sama ayah dan mama. Saly juga tau ayah dan mama sayang dengan Saly. Tapi semenjak mama ikutan kerja dikantor dan pulang telat, akunya sering sendirian deh dirumah. Hehe.
Ayah..Mama.. kalau Saly gak ada lagi, jangan biarin kak Oja begadang malam ya.. dia memang banyak pr-nya, tapi kan bisa dikerjakan waktu kumpul sama kawan-kawannya. Jangan sampai kak Oja tidur jam 12 lewat.. nanti dia sakit.
Jangan kasih kak Oja main ujan ya ma.. dia anti kena air ujan tu ma.. sikit kena ujan, pasti nanti minta urut deh sama Saly. Hehe
Ayah.. kak Oja kan sering tu pingin mie goreng wak Minah malam-malam, biasanya Saly yang temenin, tapi kalau Saly gak ada lagi, ayah temenin kak Oja ya. Jangan sampai dia pigi sendirian. Nanti diculik dia yah.. Saly gak mau kak Oja kenapa-kenapa.
Kakak.. maaf ya Saly sering jailin kakak. Tapi nanti pasti kakak kangen sama jailan Saly. Dijamin deh..
Kak, Saly bohong tadi pagi gak tau kenapa, tapi yang jelas, Saly kangen kita maen ludo sama-sama kalau lagi hujan. Kayak dulu kak.. itu udah jadi jadwal kita kalau musim hujan. ludo sama hujan itu mirip lho kak,sama-sama buat kakak sakit kepala.hehe. kakak sakit kepala kalau kena hujan, kakak juga sakit kepala kalo aku ajak main ludo kan..abisnya kakak kalah terus..haha....
Kak... nanti set foto kita berdua ya di walpaper kakak.. abisnya, selalu foto sama kawan-kawan kakak. Akunya kan mau juga ada di walpaper kakak. Aku kan cantik, pasti makin cakep deh walpapeer kakak :)
Oia, Semalam Saly mimpi diajak pigi dengan almarhumah nenek. Katanya Saly harus pakai baju putih. Tapi kan Saly gak punya. Saly pinjam baju putih kakak ya.. boleh ya kak..?. kalau gak, Saly gak bisa ikut nenek kak. :(
kakak, semoga ujian akhirnya lulus ya.amin. Tetap semangat, Saly tetap dukung kakak, seburuk apapun itu, jadi jangan pernah merasa sendirian ya..
Wasalam
Saly
Farhan,
Tiba-tiba dering sms handphoneku berbunyi. Untung ada deringnya, jadi meskipun ketinggalan dimeja makan tetap kedengaran nadanya.
“haha..kak Oja sms, tumben si kakak lagi
belajar, kok malah main hp. Sms aku lagi. Gak biasanya. hehe” seruku dalam
hati. Sambil tersenyum kubuka pesannya.
Saly, maafin kakak ya.. kita udah lama gak main ludo. Tapi pagi ini kakak ulangan. Lagian kan gak mungkin kita bolos sekolah Cuma karena ludo.hehe :) oia, nanti malam kita main ludonya ya..kakak janji. Siapa takut lawan ludo sama kamu :p. Siapkan tepung untuk yang kalah ya. I love my sista :*
Aku kegirangan membaca sms dari kak Oja. Kami memang serumah, sekamar, bahkan sekasur, tapi beginilah kami, sibuk dengan aktivitas masing-masing. Tapi aku begitu bahagia, karna dia mau meluangkan waktunya untuk bermain bersamaku. Aku berlari menuju kamar sambil berlompat kegirangan. Tapi..
“Aaw..!!”
***
Inilah status Oja di fesbook malam
harinya:
Oja Farhan
Status :
Saly, malam ini kita gak jadi main ludo ya ? :( hikhs. Kan kakak udah janji, malam ini kita main, kenapa tetap pergi Sal ?:( .
Pukul : 20.00 wib
Saly sayang, kakak udah set walpapernya foto kita waktu makan ice cream. Saly masih suka yang rasa coklat vanila ? masih kan ? makanya cepat balik kesini. Biar kita makan ice cream lagi ya..:*
Pukul : 21.25 wib
adekku, Saly sayang..kenapa pergi tinggalin kakak..? kan baju putihnya belum kakak pinjami ? Saly kapan balik lagi ? kakak gak mau tidur sendiri. Kamar kita sepi gak ada Saly. Cepat balik ya... :(
pukul : 22.15 wib
hmm.. air hujan yang merembes dari teras samping kamar kita telah membiarkan darah dari benturan kepalamu mengalir begitu saja, Sal. Dan kakak tak tau harus berbuat apa.. semua orang mengkhawatirkanmu Sal. semoga Tuhan menyadarkanmu dari koma ini. I miss you Saly. :’( :*
pukul : 23.50 wib
Sabtu, 25 Mei 2013
tersenyumlah setelah membaca ini, teman..:D
yeah.. ini adalah sepenggal kebanggan atas keberanian yang kita
lakukan bersama-sama, teman..
Tuhan benar-benar tidak tidur. Dia telah memercikkan
tetesan-tetesan semangat untuk kita.
Untuk tahap mula, gerakan kita telah masuk dalam kategori
berhasil.
Kita berhasil mewujudkan mimpi..
Kita berhasil menjalankan skenario yang kita pahat sejak
awal kita berdiri bersama..
Kita telah berhasil menjalankan niat baik itu..
Niat baik untuk melakukan perubahan..
Kita telah berhasil menjadi wadah atas kreatifitasan banyak orang..
Dan ingat, kita telah berhasil melakukan yang tidak semua
orang berani melakukannya.
Jangan takut dengan cibiran-cibiran itu.
Itu hal biasa.
Terlalu biasa untuk pejantan tangguh seperti kita, teman (hahahaha :D)
Lupakan percakapan yang bernilai NOL itu.
Gerakkan kembali aliran listrik di kepala kita, pikirkan lagi,,
hal gila apa yang akan kita lakukan kedepan :)
Jumat, 10 Mei 2013
Abi terhebat di muka bumi :’)
he is my hero, my guiding..
:'D
Setapak demi setapak
telah kulewati masa-masa kecilku. Dan kini aku membuka selembar memori silam
yang kusam. Kehadiranku sebagai anak sulung menjadi awal karir orang tuaku.
Awal karir menjadi abi dan mama’.
Saat itu umurku sekitar
10 tahun. aku mendaftar lomba pidato dan membaca puisi. Padahal saat itu aku
tak tau bagaimana berpidato dan membaca puisi. Jangankan tau, terbayang saja
tidak. Hehe. Hanya bermodalkan berani. Namun setelah sadar bahwa sepertinya aku
terlalu berani menghadapi persaingan dengan abng-abang dan kakak-kakak yang
lebih berpengalaman, ku urungkan niatku. Aku ingin mengundurkan diri. Tapi, abi
dan mama’ku siap meyakinkan dengan berbagai cara. Bahkan dimalam hari aku
menonton mama’ membacakan puisi itu. :’) abi juga mendorongku untuk terus
berani berkompetisi. Yeah, pada akhirnya aku mengikuti dan memenangkannya. Luar
biasa bukan ? :) bukan diriku yang luar biasa, tapi orang tuaku yang luar
biasa..bahkan sungguh telah menjadi pondasi liku-liku kehidupanku. Love you..:*
Abi..
Sekarang, anak sulungmu
sedang berusaha mengejar ilmu di Perguruan Tinggi. Ia sudah menghabiskan
jenjang anak-anak dan remajanya. Sampai hari ini, kau tak pernah ragu memberi
masukan dan taktik-taktik menjelajah kehidupannya. Dan sampai detik ini kau
begitu percaya dengan perjalanan hidupnya. Tapi terkadang ia lupa dengan amanah
kepercayaan itu, abi. Hari ini ia menyimpan pertanyaan untuk dirinya, “what
has given you, my beloved father ?” . tak ada.. sampai hari ini ia tak
mampu memberi apapun untukmu. Kini umurnya mendekati 20 tahun, tapi ia masih
saja menjadi gadis kecilmu yang manja seperti 15 tahun silam. Is it wrong ? Abi, ia telah berjanji... i promise,,Someday
I will show to the world that I can keep your trust of me..(katanya).
Hari ini..
Adalah tanggal dimana
seorang ayahanda terhebat yang kumiliki tepat berumur 46 tahun
Usiamu semakin
bertambah..
Teruslah menjadi
motivator terhebat sepanjang masa untukku..
I love you, my hero.
I love you my abi..:’)
Jumat, 03 Mei 2013
Keinginan di Larut Malam
Ingin ku kubur dalam-dalam rasa kecewa itu..
Agar hati tak lagi terluka..
Agar kita tak menjadi jarak..
Dan harmonis layaknya kau dan dunia mayamu..
Ingin ku hentakkan kebelengguan itu jauh ketanah..
Agar aku luput dari padanya..
Agar aku bebas..
Dan merasa ukiran senyum itu milikku..
Ingin ku lepas ikatan yang menjepit pembuluh nadiku..
Agar aku mampu bernapas..
Agar aku mampu menghela nafas itu lebih banyak lagi..
Dan tertidur lelap dengan ketentraman..
04 Mei 2013-05-04
Pukul : 03.13 dini hari
Pukul : 03.13 dini hari
Kamis, 14 Maret 2013
Pilihan, keyakinan dan resiko
Hidup ini adalah pilihan, dan
dibalik apa pun yang kita pilih akan ada resiko. Contoh sederhana, sekarang
anda ingin sekali memasak telur dadar,
namun garam sedang tidak ada. Pilihannya adalah, anda tetap masak telur dadar dan
menyantapnya, tapi tidak ada rasa, alias tawar. Atau anda tidak memasaknya
sekarang (beli garam terlebih dahulu), namun alhasil telur dadar berasa (hehe).
Anda akan pilih yang mana ? apa pun pilihan yang anda ambil, anda tetap akan
menerima resiko. Itu hanya contoh terlalu sederhana (sampai-sampai bisa
dikatakan contoh yang tidak menarik,hehe.).
Nah, tapi perlu kita ingat bahwa
pilihan apapun yang kita ambil, kita harus memilihnya dengan “keyakinan”. why
? jelas dong. Kalau tidak yakin,
maka akan ada kata “penyesalan” nantinya. Ya toh ?. membahas ini, saya
jadi teringat dengan sebuah kisah Bilal bin Rabbah (Budak pada masa Raulullah
SAW) ra ketika disiksa oleh tuannya.
Ketika sang tuan bertanya pada Bilal “man huwa aqwa sayyiduka am rabbuka
al-ahad ?” (siapakah yang lebih kuat tuanmu ataukah Tuhanmu Yang Esa ?)
dengan keyakinannya yang teguh Bilal menjawab al-ahad.. al-ahad..
meskipun ia mendapat siksaan yang lebih berat karna jawabannya, ia tidak sedikitpun
menyesali jawabannya. Why ?
Nyaan...ban... si
“keyakinan” ini tadi lah yang membuat Bilal gak goyang (bahasa anak muda
sekarang, maksudnya gak goyah-imannya). Karna yakin, ia siap menerima resiko
dari pilihannya. Apakah hanya Bilal yang mampu begitu ? oh no banget..
siapapun mampu. Kesadaran lah mengontrolnya. Si yakin tadi itu berkaitan pula
dengan si ikhlas. Hmm, tak putus-putus kaitannya.hehe
Intinya adalah ketika kita
dihadapkan dengan pilihan, maka gunakan kesadaran kita untuk memilihnya,
disamping itu, lihatlah resikonya pula. Dan kemudian pilihlah pilihan sesuai
dengan kesadaran kita. Jangan lupakan si Yakin tadi, karna dia berperan
penting. Dan ketika harus menghadapi si Resiko, panggillah si Iklas untuk
mendampingi kita. J
Lancarlah pilihan-pilihan kita.hehe
Wallahu a’lam bishshawab..
Minggu, 03 Maret 2013
ceritaku pagi ini
Em..pagi ini otakku seperti baru diinstal...segar...
milyaran urat syaraf masih setia berada
dalam organ-organ tubuhku...
dan inilah nikmat tiada tara..
terlebih, ketika mengingat bilyaran tulisan yang menggoresi kertas-kertas.
tulisan yang menceritakan hari-hari bersama mereka.
dan inilah nikmat tiada tara..
terlebih, ketika mengingat bilyaran tulisan yang menggoresi kertas-kertas.
tulisan yang menceritakan hari-hari bersama mereka.
Ya..mereka....
Diwaktu senggang, bernyanyi bersama..
bercerita tanpa mengenal jadwal..
bahkan, ketika makan pun, tak mengenal siapa pemilik makanan tersebut.. :D
rasanya ingin menceritakan semua..
tapi...........uh,,,, tak pernah habisnya....ini lah kisahku bersama teman2...CND DOHA...
bercerita tanpa mengenal jadwal..
bahkan, ketika makan pun, tak mengenal siapa pemilik makanan tersebut.. :D
rasanya ingin menceritakan semua..
tapi...........uh,,,, tak pernah habisnya....ini lah kisahku bersama teman2...CND DOHA...
ini bait lagu yang pernah tercipta untuk DOHA
-dulu...kita dududk bersama.....
tertawa, bercanda, tersenyum selalu..
mereka bercerita disepanjang waktu..
tentang banyak kisah, yang dialami..
dan kini..semua tlah pergi dan aku sendiri....
dapatkah aku berjumpa kembali,,
oh...semua, dengar hatiku ini..
kubutuh mereka
yang slalu, temani aku..
oh Tuhan,.
mohon kembalikan persahabatan kami..
yang dulu..
pernah.. kami jalani....-
doha..doha..doha...
tempuhlah jalan yang sudah kita pilih sekarang...
tempuhlah jalan yang sudah kita pilih sekarang...
jangan sia-siakan modal yang pernah kita dapati...
salam juang.DOHA. !! :)
Minggu, 06 Januari 2013
Monopoli Kenangan Tsunami
“Maria.. Maria..”, suara mama membangunkanku yang sedari tadi tidur
dengan pulas. “shalat dulu, udah jam stengah tujuh. Nanti subuhnya kesiangan
tu..”. dengan setengah sadar kuturuti kata mama dan melangkahkan kaki yang
terasa berat sekali ke kamar mandi.
“e nong..maen monopoli yok.”. suara Ahmad yang melengking terasa
menggemakan kamarku. Ahmad adalah adikku satu-satunya, ia berumur tujuh tahun.
Kami selisih empat tahun. Tapi Ahmad tidak pernah memanggilku dengan sebutan
‘kak’, apalagi ‘kakak’, dengar saja cara dia memanggilku seperti tadi ‘nong’
atau dengan sebutan nama ‘Maria’. Dia memang adik yang sedikit menyebalkan,
tapi kami saling menyayangi.
“Tunggu..belom solat ni.”.
“tu lah..cepat sikit lah !” sahutnya.
“asslamualaikum warahmatullah...”. “Maria cepatlah..”. belum sempat
aku berdoa, Ahmad sudah menarik-narik mukenaku. Uh, rasanya dia memang sangat
menjengkelkan. Aku pun menurutinya, kududuk tepat dihadapannya, kami bermain di
atas tempat tidur. “sarah tutop pintu lu pet, nanti si Afif masok.. diganggunya
kita ntiik..!”. dengan geram kusentil telinganya dan lagi-lagi menuruti
kemauannya. Dia hanya tertawa. Emm, ngomong-ngomong, Afif adalah sepupuku. Dia
masih berumur kira-kira tiga tahun. Kami serumah, karena kami masih tinggal
bersama di rumah nenek. Rumahku ramai selalu, tidak pernah sepi, karna ada tiga
kepala keluarga dirumah. Tapi pagi ini tidak lengkap, meskipun ini adalah hari
minggu, Om ku tetap punya rutinitas berolah raga dengan rekan kerjanya.
“heh ! kok maen ambek-ambek aja hotelnya ?! uangnya mana ?!”.
suaraku yang sedikit membesar membuat dia menyengir karna telah bermain curang.
Tapi dia tetap saja membela diri, “Udah kok !!!”, malah suaranya tak kalah
nantang. Itulah sifatnya.
Bbrrrkk... Suara hantaman pintu mengagetkanku. “nak..!! nak !!
keluar...keluar..... gempa..”
Dengan panik aku pun keluar dari kamar dan berlari. Gempa yang luar
biasa itu membuat kepalaku pusing, berdiri tak kuat, duduk pun tak tenang.
Sepertinya mukaku tampak pucat, mama memelukku dan Ahmad. Semua keluargaku
berkumpul di halaman rumah. Adik mamaku yang akrab kusapa dengan panggilan
‘mucut’ pun tampak sangat resah. Suaminya belum juga pulang. Ada sebagian
tetangga yang histeris, bahkan mengira inilah kiamat. Aku tak kuasa melihat
tiang listrik yang seakan akan jatuh tepat di ubun-ubunku, pagar rumah yang
sekiranya akan terlepas dari rel rodanya, suara air dikamar mandi seperti
sepuluh orang yang sedang mandi. Takbir, tasbih, tahlil terdengar keras di
telingaku. Jantungku berdetak tak karuan, mataku mulai berkaca-kaca. Tangan dan
kakiku terasa dingin, jelas ketakutan itu hadir. Ketika kucoba mengucap laa
ila haillallah, nyaris tak terdengar. Suaraku bergetar, terbata. Ku panggil
abiku yang berjarak denganku, tak kuizinkan jauh dari posisiku. Kutenangkan
hati, karna kukira gempa mulai behenti. Om ku pun tiba dirumah, sepertinya ia
sangat kelelahan. Kami mulai masuk ke rumah. Pakchikku segera melanjutkan
makannya yang terhenti karena gempa tadi. Suasana sedikit tenang meski kami
tentunya masih waspada akan adanya gempa susulan. Kusadari abi telah pergi ke
asrama haji untuk mengunjungi saudara yang akan naik haji. Awalnya mama pun
ikut, tapi tak aku izinkan karna sepertinya ada sesuatu yang akan terjadi,
hatiku tak tenang.
“aer laot naeek........aer laot naek..........!!” terdengar riuh
suara diluar. Ternyata penikmat kopi diujung lorong rumahku pada berlarian dan
berteriak memberi tahu warga bahwa air laut naik. Aku tak paham maksud mereka,
apakah itu sejenis banjir. Tak ada bayangan sedikitpun yang terlintas dibenakku.
Namun kulihat mama dengan sigap mengambil tas berisikan ijazah-ijazah serta
surat-surat. Begitu juga dengan mucut. Sepertinya gempa susulan mulai
menggoncangkan bumi ini kembali. Pandanganku sedikit buyar, semua orang rumah
terlihat panik. Sepertinya sesuatu yang hebat akan terjadi setelah ini. Suara
kendaraan dan orang yang berteriak terus terdengar. Huru hara yang tak pernah
aku alami sebelumnya.
“bagah...bagah.. !! aneuk miet yue ek laju lam moto[1]..!”
terdengar tegas suara omku. Aku yang saat itu memakai baju kaos putih dan
celana sebetis langsung duduk tepat disamping mama didalam mobil. Terlalu
sempit mobil ini untuk kami keluarga besar. Kami pun pergi meninggalkan rumah.
Mobil melaju kencang. Aku melihat kebelakang, ada air yang mengalir seperti
ular disana, mulai memasuki lorong rumahku. Air berwarna hitam, dan sepertinya
itu air laut yang dimaksud. Tapi entahlah. Yang jelas aku tak pernah melihat
air yang seperti itu sebelumnya.
“maa.. abi kek mana ma,,?! Ma..telpon abi ma..” rasanya aku tak
ingin pergi tanpa ada abi disampingku. Mama terus menghubungi nomor handphone
abi, tapi nihil. Sinyal tak ada.
Bruukkkkgg .. mobil kami menabrak kendaraan lain ditikungan. Aku
melihat jelas, abang yang memakai topi coklat itu terlompat keatas joek mobil
kami dan jatuh ke aspal. Bisa kurasakan sakitnya. Tapi ia tak berkata sepatah
katapun. Ia bangun sambil menggusuk pinggang kirinya dan terus membangunkan
hondanya kemudian melaju kembali. Kelihatannya ia buru-buru sehingga tak
memperdulikan badannya yang jelas saja sakit. ”Ya Allah, apakah ini kiamat ?”,
hatiku mulai coba berdialog dengan Tuhan. “Ya Allah dimanapun abiku berada,
jagalah ia. Aku masih ingin berkumpul bersama keluargaku dengan utuh. Ya Allah,
sampai kapan Engkau goyangkan bumiMu ini ? selamatkanlah kami ya Allah dari
cobaan ini.” Hatiku terus berbicara.
Kulihat air sungai di jembatan Simpang Surabaya sepertinya sebentar
lagi akan meluap. Air hitam dan tumpukan sampah serta kayu-kayu mulai menutupi permukaan.
Aku sempat memejamkan mata karena tak sanggup melihat gambar-gambar kehidupan
yang sepertinya tak mungkin sebuah kenyataan. Ada mayat disana, tertipa
timbunan kayu. Sejauh perjalanan aku lebih memilih hanyut dalam tahlilku.
Tak sanggup memandang lepas.
Dipenghujung jalan Peniti kami terjebak air. Omku mulai pitam. Ini
masalah, karna tak ada yang bisa menyetir selain omku. Kukipasi om dengan
kertas ala kadarnya, dan sepertinya ini sedikit membantu. Satu per satu
kendaraan berbalik arah menuju lintasan lain dan berusaha keluar dari jebakan
air hitam itu. Aku tak mampu melihat sorotan mata disetiap sudut, semua
berusaha menyelamatkan diri. Mereka berlari tak karuan. Bagi pengendara, tak
lagi peduli spion. Korban tabrakanpun mulai tak dihirau. Aku berusaha tidak
terayun pandangan. Alhamdulillah kami berhasil melewati suasana jalan
yang menegangkan.
“kita kemana ma ?” suara Ahmad kembali terdengar setelah lama
membisu. “ke Lambirah[2]
nak.” Yah, aku pun merasa itu tempat yang aman, jauh dari kota.Ahmad tak
menjawab, namun ada sebongkah pertanyaan yang tergambar dari cara ia menerima
jawaban mama. “abi sekarang dimana ma.?” Ia mewakili pertanyaanku, dan kali ini
dia bukan adik yang mmenjengkelkan. Mama tidak menjawab, hanya mengelus rambut
Ahmad yang agak sedikit pirang.
Sepanjang jalan menuju Lambirah
entah berapa tiang listrik yang tumbang , aku lupa menghitungnya. Lima belas
menit berlalu, kami sampai di rumah nenek Lambirah. Dan ternyata gempa masih
menggoyangkan bumi Aceh. aku tak mau terpisah dengan mama, kemanapun mama
beranjak, aku dan Ahmad ikut. Sampai larut malam kami belum bisa terlelap,
guncangan yang terkalu sering itu membuat kepalaku pusing. Dan yang paling
membuat hati tak karuan, kami belum tau keberadaan abi. Kubiarkan air mata
mengalir dipipi saat terkurung rasa gelisah itu. Dan terlelap dalam kegelapan
malam tanpa lampu.
Aku terbangun dan menyadari mama pergi untuk mencari abi. Singkat
cerita*. Sore harinya abi menjumpaiku yang sedang duduk diujung kayu depan
rumah. Aku memeluknya erat, kekhawatiranku hilang. Namun terlalu banyak luka
goresan di kaki, tangan, dan juga bagian badan. Abi berhasil menyelamatkan diri
dari timbunan sampah dan barang-barang yang terbawa air lainnya.
“abii.....” suara Ahmad menggabungkan suasana. Ia merebahkan
badannya di punggung abi.
“didepan rumah ada mayat kira-kira seusia Maria dan Ahmad, abi
teringat kalian.”
“kami gak liat mayat seusia abi, tapi tetap teringat abi. Hehe.”
Ahmad membuatku tertawa geli.
***
Ini adalah hari pertamaku kembali sekolah setelah libur panjang
akibat tsunami. Namun ini bukan sekolahku, ini hanya sekolah sementara selama
kami mengungsi. Banyak kesan-kesan disana. Dan banyak hal yang menyadarkanku
akan sesuatu. Aku kesekolah dengan kelengkapan seadanya. Yang biasanya
menggunakan seragam rapi, dengan tali pinggang, namun hari itu masih tergambar
jelas aku memakai kaus merah bergambar snoopy, celana training dan jilbab
kurung yang aku pinjam dengan cecekku.[3]
Yang biasanya buku-buku tertata rapi dalam tas ransel, hari itu aku hanya menyimpan
buku tulis UNICEF dan perlengkapan lain didalam kantong kresek. Yang biasanya
sepatu hitam dan kaus kaki putih membalut kaki, hari itu aku hanya beralaskan
swalo. Tapi yang membuat hari itu ceria adalah kesadaran bahwa kebahagiaan
bukan diukur dari materi, tapi dari keikhlasan. Aku ikhlas kesekolah, itulah
yang membuat aku ceria seperti biasa. Tidak lebih dari sebulan aku sekolah di
sana, selanjutnya kami kembali ke rumah induk, rumah nenek di Lampineung,
tepatnya belakang SMP 6.
Lumpur yang terlalu tebal dan lantai rumah yang masih bersemen
kasar menyulitkan kami membersihkan rumah, televisi yang biasanya duduk manis
diatas meja kayu panjang itu sekarang dilantai dengan posisi terbalik.
Barang-barang lainnya juga tak kalah acak. Tapi diluar sana masih terlalu
banyak orang-orang yang kehilangan segalanya. Dan yang terpenting saat ini,
keluargaku masih utuh.
“Maria, monopolinya selamat ! Tak ada lumpur yang menodai.” Suara Ahmad
memecah keheningan saat kami sedang membersihkan rumah.
“monopoli apaan ?” aku yang sedang didapur menyahut dengan setengah
menjerit.
“sini dulu !”
Aku pun menyusulinya yang sedang di kamarku. Tawa mulai mengisi
kamar meski sedang mengunyah biskuit, saat kumelihat monopoli yang kami mainkan
26 Desember 2004 lalu, masih utuh setelah seminggu lamanya ia terduduk di atas
tempat tidurku. Di tambah lagi dengan gaya Ahmad dan nyengirnya yang khas.
“haha. Karena spring-badnya mengapung, monopolinya selamat.” Seruku
yang menganggap itu kesan yang lucu. Maklum, umurku waktu itu masih sekitar
sebelas tahun.
“yok maen..”
Dengan setengah tertawa aku turuti ajakannya. Semoga bermain kali
ini tidak diiringi gempa.
Krrrkkkkk.. bunyi tempat tidurku. Aku dan Ahmad spontan terkejut
dan merasa tempat tidur goyang. Hah ?!! gempa ??!!
Langganan:
Postingan (Atom)