Alhamdulillah
Tuhan masih memberi kesempatan kita berjumpa di sesi ini. Semoga kita semua
selalu dalam lindunganNya. Amin
(Hmm,
perkuliahan semester enam telah selesai, hanya tingga menunggu hasil. Apapun hasilnya,
itulah yang terbaik J)
Disela-sela
waktu ini, saya menyempatkan diri *berdua-duaan dengan notebook tercinta. Maklum belakangan ini kami jarang berkomunikasi
karena kesibukan saya. Hehe.
Oke,
basa-basi telah basi. Sekarang saya ingin berbagi sedikit beberapa hal yang
telah membayangi pikiran saya, kalau tidak saya tuliskan ini mungkin saya akan
jatuh sakit (yaiyalah kalo jatuh ya sakit ).
Muhasabah
Muhasabah itu adalah mengevaluasi diri. Muhasabah
penting dalam keidupan kita, seperti dikatakan pada hadits Rasul “Dari Syadad bin Aus r.a., dari Rasulullah
saw., bahwa beliau berkata, ‘Orang yang pandai adalah yang menghisab
(mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian.
Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta
berangan-angan terhadap Allah swt. (HR. Imam Turmudzi, ia berkata, ‘Hadits ini
adalah hadits hasan’).
Ada juga hadits yang berkaitan dengan pembahsan kita ini, yaitu
Rasulullah saw. bersabda:
Dari Ibnu Mas’ud ra dari
Nabi Muhammad saw. bahwa beliau bersabda, ‘Tidak akan bergerak tapak kaki ibnu
Adam pada hari kiamat, hingga ia ditanya tentang 5 perkara; umurnya untuk apa
dihabiskannya, masa mudanya, kemana dipergunakannya, hartanya darimana ia memperolehnya
dan ke mana dibelanjakannya, dan ilmunya sejauh mana pengamalannya.’ (HR.
Turmudzi).
Kedua hadits diatas menjabarkan pentingnya
muhasabah. Dengan tujuan, setelah kita mengevaluasi diri, maka akan ada
perubahan yang kita lakukan untuk diri kita. Karena sesungguhnya kitalah yang
paling paham dengan diri kita, apa yang kita inginkan dan apa yang kita
perbuat. Ingat, setiap kita memiliki hati nurani, yang mana hati nurani itu
tahu yang baik dan buruk, dia akan aktif selama kita menggunakannya, namun jika
kita mengikuti hawa nafsu terus terusan, ia akan vakum. Dan hati itu akan vakum
jika kita tak melakukan muhasabah.
Sekiranya kita mengingat kembali
kesalaham-kesalahan yang telah kita perbuat, kemudian kita telusuri mengapa
kita bisa melakukan hal demikian, apa manfaatnya, tanyakan...tanyakan pada diri
kita, maka disitulah hati akan bermain, ia akan membantu pikiran kita untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan kita. Setelah terjawab maka tanyakan pertanyaan
terakhir ini pada diri kita “akankah kita mengulanginya ?”. jawabannya ada pada
masing-masing kita. Setelah itu lakukanlah target kecil-kecil untuk membiasakan
diri melakukan hal lebih positif. Tak perlu banyak, yang penting dilakukan
secara continue (mudah-mudahan betul
tulisannya). Itulah hakikat muhasabah *versi saya.
Namun,
sering kali si dunia berhasil menggoda kita yang masih amatir menghadapi
kerasnya kehidupan dunia ini. Tak jadi masalah, ingat, semuanya dalam kehidupan
ini adalah ‘belajar’, maka ketika kita terjatuh, itulah saatnya kita belajar
untuk berdiri. Saat kita melakukan kesalahan yang sama, disitulah kita belajar
untuk lebih memperbaiki, caranya ? muhasabah lagi. Itulah yang perlu kita
lakukan. Lakukan, dan lakukan.
Dan pada
hadits yang kedua ada pertanyaan yang menjadi acuan ketika kita muhasabah. Untuk
hal kecil, tanyakan pada diri kita masing-masing, selagi kita masih berstatus anak muda, apa yang sudah kita lakukan
untuk diri kita, keluarga, masyarakat, bangsa dan agama ? apa ? berapa banyak
fasilitas yang telah kita pergunakan, dan mana fasilitas dari kita yang bisa
digunakan orang lain ? sejarah apa yang telah kita ukir untuk zaman kita ?
pengorbanan apa yang telah kita lakukan ? melakukan itu masa tua ? yakinkah
kita masih sanggup melakukannya ketika tua ? mana peran kita ?
Tanyakan..tanyakan sebanyak banyaknya,
sampai kita kehabisan kata-kata untuk bertanya pada diri kita *lagi lagi ini
versi saya.
Saya teringat
salah seorang pemeroleh Indonesia Awards 2010, ia berhasil mendirikan sekolah
padahal ia adalah seorang siswa lulus paket C, *lupa namanya, ia mengatakan “yang
terpenting adalah niat”.
Ini pantas kita contoh dan kita kaitkan
dengan muhasabah, setelah kita mengevaluasi diri, maka niatkanlah untuk
kebaikan kedepan. Karena niat yang tulus dan keyakinan yang kuat, maka Tuhan
akan membantu kita. In Syaa Allah. Yakinlah,, innallaha ma’ana.
Nasihatmu
mungkin bukan untuk hari ini
Nasihatmu
mungkin bukan untuk hari ini. :) saya biasa menuliskan sesuatu sesuai dengan
yang saya alami, dan kali ini memang pengalaman saya yang sangat melekat
dipikiran saya.
Sedikit saya bercerita ya.. saya harus
menceritakan ini untuk menjadi contoh hehe..
Saya punya seorang teman baik yang
sekarang sedang di Jepang, namanya Pocut. Ia adalah salah seorang teman saya
ketika di MTsN. Ini adalah pengalaman waktu kami menjadi pengurus OSIS di MTsN,
saya rasa si teman telah melupakan kejadian ini, tapi saya ingat betul. :) saya
menjadi pengurus di seksi kesenian, dan Pocut adalah salah satu pengurus seksi
sosial. Suatu hari ada percakapan ringan diantara kami, kurang lebih begini :
Saya : pocut, ngapain tu bawa-bawa kardus
? mau kemana ?
Pocut : mau kutip sumbangan. Ikut ?
Saya : gak ah, malu. Hehe
Pocut : lho, kok malu ? baca puisi gak
malu ?
Saya : ??? ngggg. Enggak. Hehe
Pocut : buat kebaikan gak perlu malu. Ee,
kutip sumbangan ni memang capek keliling-keliling, tapi tiap tetes keringat tu
ada pahalanya.
Saya : haha..( -____-’’) *pikiran saya
berputar-putar
Pocut : kami pigi dulu ya...
Saya : yoo *kembali dengan kesibukan
sendiri
Haha,
begitulah yang terjadi. Saat itu saya sempat berfikir juga tentang yang
dikatakannya, namun saya tak terlalu perduli. Kenapa ? karena saya saat itu
belum paham, saya tidak melakukan muhasabah.
Yang terjadi hanya berlalu begitu saja. Yang saya tau hanya malu malu dan malu.
Lalu kapan saya sadar ? setelah saya coba
mengevaluasi hal-hal yang telah terjadi.
Jadi jangan khawatir nasihat kita tak
didengar orang lain, karena sebenarnya nasihat itu terekam dalam memori, namun
mungkin saja belum berbaur dengan pikirannya.
Termasuk saya sendiri, mungkin kalian
sering merasa saya tak mendengar nasihatnya, tapi percayalah, nasihat itu saya
ingat :) dan sangat bermanfaat. Jangan marah ya..hehe. semuanya butuh proses. Tak
ada yang instan.
Jadi, sebenarnya
apapun yang kita lakukan itu tak selamanya berdampak langsung berefek dalam
sekejap. Tidaaak. Lihat saja contoh saya dan teman saya. Itu percakapan ketika
kami masih sekolah bersama, dan saya menyadari kalimatnya itu setelah kami tak
lagi berjumpa karena terpisah oleh jarak. Bayangkan saja,, bertahun-tahun juga
tuh. Tapi “tak ada yang sia-sia” *versi tira
Teruslah
saling menasehati, mengingatkan, karena itu anjuran Rasul. Jangan bosan bosan
untuk mengingatkan. :)
Sebenarnya masih ada dua poin lagi yang
mengganggu pikiran saya, tapi berhubung mamak saya sudah manggil-manggil jadi
sampai disini dulu ya.. nanti saya sambung lagi.
Semoga bermanfaat. Ambil yang baik,
tinggalkan yang buruk !. :)
Lagi lagi dan lagiiii, saya harus katakan
ini, “saya menulis ini bukan karena saya seorang penulis, tapi karena saya ‘ingin’
dan ‘mau’ menulis. Saya juga berdakwah bukan karena saya sudah baik, tapi justru
karena saya tidak baik, dan saya berharap kalian semua yang baik-baik mau
mendakwahkan saya yang tidak baik ini agar menjadi baik seperti kalian semua :)
Wallahua’lam bissawab..