Bismillahirrahmanirrahim..
Sudah
lama saya tidak menulis untuk diposting di blog. Kali ini saya memaksakan diri
untuk menunda tulisan lain dan beberapa tugas kuliah untuk menghiasi halaman
blog saya. Salah satu alasan saya memposting adalah karena permintaan salah
seorang rekan baik saya, tamagochi nama cantiknya,
semoga ia tidak menyiksa saya setelah saya menyebut nama cantiknya disini.hehe.
Tulisan
ini terinspirasi dari percakapan sekilas antara mama dan abi. begini ceritanya, hehe, mama yang meminta
kekuatan seorang abi untuk mendidik kami sebagai anak anak yang soleh (hehe.amin kan saja :D)
agar menjauhi sifat RIYA. Mama menyambung dengan beberapa pernyataan bahwasannya
Ria itu merupakan penyakit hati yang menghilangkan
sifat ikhlas pada diri seseorang. Mendengar itu, walaupun saya berlagak tak
memperdulikan percakapan itu, tapi saya langsung membuat target baru dan
berbisik dalam hati untuk belajar menjauhi dan sangat menjauhi sifat itu. Karena, sadar atau tidak terkadang penyakit hati itu tumbuh sendirinya tanpa permisi
(gak sopan si penyakit hati tu ya..).
Setelah
kejadian itu berlalu, saya langsung menghidupkan komputer (notebook), dan mulai menarikan jemari saya dengan lemah gemulai
diatas keypad. Haha.
mari kita bongkar sedikit,
Riya’
ada sebuah hadits, Dari
Abi Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, aku mendengar Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
(Pertama) “Sesungguhnya
manusia pertama yang diadili pada hari kiamat adalah orang yang mati syahid di
jalan Allah. Dia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatan
(yang diberikan di dunia), lalu ia pun mengenalinya. Allah bertanya kepadanya:
‘Amal apakah yang engkau lakukan dengan nikmat-nikmat itu?’ Ia menjawab: ‘Aku
berperang semata-mata karena Engkau sehingga aku mati syahid.’ Allah berfirman
: ‘Engkau dusta! Engkau berperang supaya dikatakan seorang yang gagah berani.
Memang demikianlah yang telah dikatakan (hamba ini mengakui beramal karena RIYA’—edt).’
Kemudian diperintahkan (malaikat) agar menyeret orang itu atas mukanya
(tertelungkup), lalu dilemparkan ke dalam neraka.
(Kedua) berikutnya
orang adalah seorang yang menuntut ilmu dan mengajarkannya serta membaca
Al-Qur`an. Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya,
maka ia pun mengakuinya. Kemudian Allah menanyakannya: ‘Amal apakah yang telah
engkau lakukan dengan kenikmatan-kenikmatan itu?’ Ia menjawab: ‘Aku menuntut ilmu
dan mengajarkannya, serta aku membaca Al-Qur`an hanyalah karena engkau.’ Allah
berkata : ‘Engkau dusta! Engkau menuntut
ilmu agar dikatakan seorang ‘alim dan engkau membaca Al-Qur`an supaya dikatakan
(sebagai) seorang qari’ (pembaca Al-Qur’an). Memang begitulah yang
dikatakan (hamba ini mengakui beramal karena riya’—edt).’ Kemudian
diperintahkan (malaikat) agar menyeret atas mukanya dan melemparkannya ke dalam
neraka.
(Ketiga) berikutnya
adalah orang yang diberikan kelapangan rezeki dan berbagai macam harta benda.
Ia didatangkan dan diperlihatkan kepadanya kenikmatan-kenikmatannya, maka ia
pun mengenalinya (mengakuinya). Allah bertanya : ‘Apa yang engkau telah lakukan
dengan nikmat-nikmat itu?’ Dia menjawab : ‘Aku tidak pernah meninggalkan
shadaqah dan infaq pada jalan yang Engkau cintai, melainkan pasti aku
melakukannya semata-mata karena Engkau.’ Allah berfirman : ‘Engkau dusta! Engkau berbuat yang demikian itu supaya
dikatakan seorang dermawan (murah hati) dan memang begitulah yang dikatakan
(hamba ini mengakui beramal karena riya’—edt).’ Kemudian diperintahkan
(malaikat) agar menyeretnya atas mukanya dan melemparkannya ke dalam neraka’.”
Diriwayatkan oleh: HR. Imam Muslim, Kitabul Imarah, bab
Man Qaatala lir Riya’ was Sum’ahIstahaqqannar (VI/47) atau (III/1513-1514
no. 1905); HR. Imam An Nasa-i, Kitabul Jihad bab Man Qaatala liyuqala : Fulan
Jari’; HR. Imam An-Nasa’i VI/23-24; HR. Imam Ahmad II/322; HR. Imam Al-Baihaqi,
IX/168
Dari
hadits diatas, dapat kita jabarkan bahwasannya yang mengawali pengisian neraka
adalah orang yang memiliki penyakit hati RIYA’. Jadi mulai dari sekarang kita
jauhi sifat itu dari dalam jiwa kita. Karena tentunya kita bukanlah orang-orang
yang ingin menghiasi neraka.
Selain
sifat riya’ ada beberapa penyakit hati lainnya yang harus kita tinggalkan. Diantaranya
adalah :
‘Ujub
‘Ujub
adalah sifat heran pada dirinya sendiri. Sifat ini dapat merusakkan jiwa dan
keyakinan seseorang. Ketika sifat ujub itu
mengakar ke dalam hati manusia mengakibatkan timbulnya kemurtadan dan syirik
(syirik tersembunyi). Lagipula, seseorang yang menyimpan ujub di dalam hatinya
tidak pernah peduli untuk memperbaiki diri. Bahkan ia menganggap dirinya
sebagai seorang alim dan baik.
Seseorang bersifat ujub cenderung bersikap riya (suka
pamer) dan nifaq (munafik). Ujub juga mempengaruhi kebiasaannya untuk berbangga
diri. Beberapa sifat buruk yang lainnya yang ada pada orang bersifat ujub
adalah memandang rendah orang lain dan meremehkan mereka. Ujub lama kelamaan
akan menjauhkannya dari sifat kemanusiaan dan membuatnya menjadi bengis, tidak
berperasaan dan perusak.
Ngeriiiiiiii.. kalau ada dari kita yang menyadari sifat
ini bersemedi dalam diri kita, cobalah belajar mengkritik diri kita sendiri,
dan ingat bahwa semuanya bagian dari milik Tuhan, kita tak punya apa-apa. Sehingga
tertanam dalam diri kita untuk meyakini bahwa kita ini tak ada apa-apanya, bahsa ngtrennya, "apalah kita nii".hehe. Saya tuliskan
ini semata untuk dakwah dan senantiasa pembaca mau mengingatkan saya kala saya
terlihat bersifat ini. Karena ‘ujub ini dapat merusak habluminallah dan habluminannas lho. bahaya kan.
Ujub adalah
membanggakan kehebatan diri dan kehebatan amal ibadahnya. Ujub adalah temannya
riya'. Riya' adalah
perbuatan yang memperlihatkan amal ibadah kepada orang lain (pamer) dengan
maksud supaya memperoleh pujian, kedudukan, harta dan lain-lain. Sedangkan Sum'ah adalah menceritakan amal ibadahnya
kepada orang lain dengan maksud untuk dipuji. Orang seperti ini biasanya
menceritakan kekhusukan sholatnya, ketahanan puasanya, keaktifannya berzakat
dan bersedekahnya. Semua amal ibadah yang dilakukannya bukan semata-mata ikhlas
karena Allah, tetapi hanya sekedar mendapat pujian dari orang lain.
(article orang, kehilangan sumber).
Dan
akhirnya mata saya mulai sakit, jadi saya harus padai sampai disini. Hehe. Walaupun
sebenarnya masih banyak yang harus saya tuntaskan. Saya menulis ini sekalian
untuk belajar, teman. Dan semoga juga bisa menjadi pembelajaran untuk kita
semua. Amin.
Wallahu a’lam bissawab.
Lagi-lagi
saya ingin katakan bahwa “berbaik sangkalah pada Tuhan”-pesan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar